Tesla, perusahaan teknologi yang terkenal dengan inovasi mobil listriknya, baru-baru ini bergabung dalam daftar perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) masif terhadap puluhan ribu karyawannya.
Berdasarkan laporan awal dari situs Electrek, Tesla telah memecat lebih dari 10% dari total karyawan mereka secara global. Dengan lebih dari 140 ribu karyawan pada Desember 2023, perkiraan awal menunjukkan bahwa sekitar 14 ribu orang telah terkena dampak PHK.
Meskipun jumlah pasti pekerja yang terkena PHK tidak diumumkan secara resmi, memo internal perusahaan menegaskan bahwa keputusan tersebut telah diambil sebagai bagian dari strategi penghematan biaya dan peningkatan produktivitas.
CEO Tesla, Elon Musk, menyatakan dalam memo tersebut bahwa perusahaan harus melakukan evaluasi menyeluruh terhadap organisasi untuk mencapai tujuan tersebut.
Langkah ini telah diawali dengan pertanyaan kepada para manajer pada awal Februari 2024 mengenai posisi karyawan mana yang dianggap penting, mengisyaratkan bahwa PHK akan segera dilakukan.
Meskipun Tesla telah melakukan beberapa putaran PHK sebelumnya, termasuk di tim Autopilot, pertumbuhan tenaga kerja perusahaan terus meningkat, naik sekitar 10% hanya pada tahun 2023.
Elon Musk sebelumnya telah menyoroti dua gelombang pertumbuhan besar bagi perusahaan: pertama adalah kepopuleran Model 3 dan Y, dan yang kedua adalah harapan pada mobil listrik berbiaya rendah.
Namun, keputusan untuk melakukan PHK besar-besaran menimbulkan pertanyaan tentang arah strategis perusahaan dalam menghadapi tantangan pertumbuhan dan pengelolaan sumber daya manusia di masa depan.
Dengan demikian, PHK Tesla menjadi sorotan dalam dunia bisnis dan teknologi, mencerminkan dinamika yang kompleks di balik pertumbuhan pesat perusahaan yang menjadi pionir dalam industri mobil listrik.