Dalam beberapa waktu terakhir, tren baru yang disebut “Grid Zero” telah menarik minat para pengguna Instagram. Bagi sebagian pengguna, tren ini mungkin terasa janggal karena tampaknya bertentangan dengan fungsi utama platform tersebut. Instagram pada dasarnya dirancang untuk berbagi foto dan video, baik itu momen sehari-hari atau karya visual yang artistik, dengan tampilan grid atau kisi-kisi di profil. Namun, tren Grid Zero justru melibatkan hilangnya semua postingan feed, meninggalkan tampilan kosong bertuliskan “No posts yet” atau “Belum ada postingan.”
Istilah Grid Zero diciptakan oleh Bobby Allyn, seorang reporter teknologi dari NPR. Dia memperkenalkan istilah ini pada April lalu setelah melihat fenomena ini di kalangan pengguna Instagram di Los Angeles, AS. Salah satu pengguna yang mengikuti tren ini adalah Jacob Giancola, seorang produser musik di LA yang memilih untuk menghapus seluruh postingan feed-nya.
Secara sederhana, Grid Zero adalah tren mengosongkan feed Instagram hingga tidak ada postingan sama sekali, menciptakan tampilan grid kosong. Tren ini memungkinkan pengguna untuk menghapus atau mengarsipkan seluruh postingan yang pernah diunggah di feed mereka. Dengan begitu, halaman profil mereka terlihat bersih dan polos.
Bagi mereka yang terbiasa dengan konsep utama Instagram sebagai platform berbagi visual, tren ini mungkin terlihat tidak lazim. Selama bertahun-tahun, Instagram telah menjadi tempat bagi banyak pengguna untuk mendokumentasikan hidup mereka, berbagi foto, video, dan momen spesial. Namun, Grid Zero justru menantang norma ini dengan menghilangkan konten yang menjadi inti dari platform.
Namun, anomali ini justru menjadi daya tarik tersendiri bagi beberapa pengguna, terutama mereka yang ingin bereksperimen dengan cara baru menggunakan media sosial. Lalu, mengapa tren ini begitu digemari?
Salah satu alasan utama di balik tren Grid Zero adalah kebutuhan privasi, terutama di kalangan Gen Z. Menurut Kim Garcia, peneliti tren budaya di Instagram dari Meta, Gen Z lebih memperhatikan privasi dan memiliki keengganan untuk memiliki jejak digital yang terlalu terbuka. Tidak seperti generasi milenial yang tumbuh di masa media sosial baru mulai populer, Gen Z sejak awal telah hidup di dunia yang sangat terbuka, di mana banyak hal pribadi dapat diakses oleh publik.
Tren ini memberi pengguna kendali atas jejak digital mereka, menciptakan batasan di antara apa yang mereka pilih untuk bagikan secara publik dan yang mereka simpan sendiri. Garcia menilai bahwa keinginan untuk privasi ini membuat Gen Z lebih memilih Instagram sebagai platform yang digunakan dengan cara yang lebih “diam-diam,” berbeda dari generasi sebelumnya yang lebih terbuka dalam memposting kehidupan pribadi mereka.
Alasan lain dari meningkatnya popularitas Grid Zero adalah adanya pergeseran dalam cara pengguna, terutama kalangan muda, menggunakan Instagram. Dikutip dari NPR, CEO Instagram, Adam Mosseri, mengungkapkan bahwa platform tersebut kini berfokus pada pengembangan fitur-fitur yang mendukung komunikasi pribadi, seperti Direct Message (DM) dan Stories. Fitur DM, khususnya, menjadi fitur dengan pertumbuhan terbesar di Instagram, diikuti oleh Stories.
Menurut Mosseri, remaja lebih banyak menghabiskan waktu mereka di DM daripada di Stories, dan bahkan lebih jarang mengunggah postingan di feed. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan feed telah bergeser dari tempat utama berinteraksi menjadi sekadar fitur pelengkap, sementara DM dan Stories kini dianggap lebih relevan untuk interaksi cepat dan pribadi.
Tidak dapat dipungkiri, tampilan grid kosong juga memberi kesan minimalis dan misterius. Tren Grid Zero menciptakan profil yang terlihat berbeda dan menarik perhatian, terutama karena tampilannya yang polos di tengah profil-profil lain yang penuh dengan gambar. Bagi sebagian pengguna, tren ini menciptakan citra keren dan misterius, seolah-olah profil mereka punya cerita tersembunyi di baliknya. Alih-alih berfokus pada penampilan visual yang penuh warna, tampilan kosong ini bisa membuat pengguna lain penasaran.
Seiring bertambahnya waktu, beberapa pengguna mulai merasa jenuh dengan kebutuhan untuk selalu terlihat “aktif” dan “menarik” di media sosial. Keharusan untuk selalu memposting momen-momen berkesan di feed terkadang membuat pengguna merasa kelelahan, terutama di era di mana media sosial lain seperti TikTok, Snapchat, dan YouTube juga menawarkan platform yang serupa.
Bagi sebagian pengguna, Grid Zero menjadi bentuk perlawanan kecil terhadap norma yang mengharuskan orang terus-menerus membagikan setiap aspek hidup mereka. Sebaliknya, Grid Zero memungkinkan pengguna untuk memilih apa yang mereka inginkan untuk tetap tersembunyi, menciptakan ruang pribadi yang lebih nyaman.
Selain itu, beberapa pengguna mungkin juga merasa bahwa postingan feed tidak lagi sesuai dengan cara mereka menggunakan Instagram. Mengunggah konten di feed sering kali memerlukan waktu dan usaha lebih karena pengguna harus memperhatikan estetika dan tema agar profil tetap menarik. Sebaliknya, fitur Stories dan DM yang lebih efemeris (sementara) memberikan kenyamanan karena konten bisa hilang dengan sendirinya setelah beberapa waktu.
Tren Grid Zero mungkin hanya fenomena sementara yang didorong oleh rasa ingin tahu dan keinginan akan privasi yang lebih tinggi. Namun, dengan pergeseran besar dalam penggunaan Instagram dan platform media sosial lainnya, ada kemungkinan tren ini tetap relevan, terutama di kalangan Gen Z yang cenderung lebih selektif dalam membagikan aspek hidup mereka di dunia maya.
Tren ini juga mencerminkan perubahan besar dalam cara orang berpikir tentang media sosial dan menunjukkan bagaimana generasi baru lebih berhati-hati dalam meninggalkan jejak digital mereka. Meski terkesan aneh, Grid Zero adalah cerminan dari kebutuhan privasi yang semakin tinggi di era modern.