TikTok merupakan platform media sosial yang berasal dari China. Platform ini kini menjadi media sosial yang paling banyak digunakan di Indonesia setelah Facebook. Menurut laporan We Are Social, pengguna TikTok di Tanah Air mencapai 126,83 juta audiens per Januari 2024.
Popularitas TikTok kian melambung dan semakin digandrungi berbagai kalangan berkat ragam inovasinya. Namun, masih banyak juga yang mempertanyakan sejarah TikTok ketika belum setenar sekarang. Simak pembahasannya dalam ulasan berikut.
Aplikasi TikTok pertama kali dikembangkan oleh Zhang Yiming, seorang pengusaha internet berkebangsaan China yang lahir pada 1 April 1983. Zhang Yiming merupakan lulusan Universitas Nankai pada jurusan Software Engineering. Kiprahnya dalam mengembangkan TikTok dimulai dari mendirikan perusahaan teknologi bernama ByteDance pada Maret 2012.
Pengembangan TikTok sendiri dimulai pada September 2016. Saat itu, TikTok masih bernama Douyin dan aplikasi ini hanya digunakan di China. Ketika pertama kali dirilis, Zhang Yiming meminta karyawannya membuat video di aplikasi Douyin. Video-video yang telah diunggah pun dipromosikan untuk mengundang reaksi berupa like dari pengguna lainnya.
Setahun berselang, ByteDance mengakuisisi aplikasi Musical.ly yang saat itu juga sedang naik daun pada akhir tahun 2017. TikTok dan Musical.ly secara resmi digabung pada 2 Agustus 2018. Peleburan ini menciptakan sebuah aplikasi dengan komunitas yang lebih besar dari sebelumnya.
Setelah sukses mengakuisisi Musical.ly, TikTok mengalami perkembangan yang cukup pesat. Douyin berhasil menggaet 100 juta pengguna dan 1 miliar tayangan setiap harinya. Popularitas Douyin semakin meluas hingga ke pasar luar negeri.
Berdasarkan hasil riset lembaga Sensor Tower, TikTok menempati urutan pertama dalam daftar aplikasi non-game yang paling banyak diunduh di dunia pada kuartal ke-3 tahun 2021. TikTok menggeser kedudukan aplikasi besar lain seperti Facebook, WhatsApp, dan Instagram.
Prestasi TikTok berbanding lurus dengan keuntungan yang diraihnya. TikTok berhasil menjadi perusahaan dengan pendapatan tertinggi di dunia. Laporan Sensor Tower menunjukkan pendapatan bruto TikTok per Februari 2021 mencapai 110 juta dolar Amerika. Pendapatan tersebut meningkat 1,9 kali lipat dibanding sebulan sebelumnya.
TikTok mulai menembus pasar di Indonesia pada 2018-2019. TikTok mengalami pertumbuhan pesat di Indonesia karena fitur-fitur menarik seperti video pendek, berbagai filter, dan efek khusus. Pengguna dapat membuat konten kreatif yang dapat dibagikan dengan mudah.
Popularitas TikTok melonjak dengan cepat, terutama di kalangan generasi muda. TikTok menjadi platform utama untuk tren viral, tantangan, dan konten hiburan di Indonesia. TikTok melakukan berbagai strategi pemasaran, termasuk bekerja sama dengan influencer lokal dan mengadakan kampanye iklan yang menargetkan pengguna Indonesia.
Pada Juli 2019, pemerintah Indonesia sempat melarang TikTok untuk sementara. Alasannya, TikTok disebut mendistribusikan konten yang dianggap berbahaya bagi pengguna, terutama anak-anak dan remaja. Larangan ini memicu perdebatan mengenai regulasi media sosial dan kebijakan konten di Indonesia.
TikTok menanggapi masalah ini dengan meningkatkan upaya moderasi konten dan mematuhi peraturan lokal. TikTok kemudian dipulihkan dan beradaptasi dengan regulasi yang ditetapkan pemerintah. Setelah itu, TikTok terus berkembang pesat selama pandemi COVID-19. Indonesia menjadi salah satu pasar terbesar TikTok dengan jutaan pengguna aktif.
Pada 2020-2022, TikTok mulai melakukan domestikasi di Indonesia. TikTok meluncurkan berbagai fitur baru seperti TikTok Shop untuk berbelanja langsung melalui aplikasi. Selain itu, TikTok juga mulai menjalin kemitraan dengan berbagai brand dan lembaga di Indonesia untuk kampanye pemasaran dan promosi, serta berkolaborasi dengan kreator lokal.
Demikian pembahasan tentang sejarah TikTok, aplikasi media sosial raksasa yang mendunia. Semoga informasi di atas dapat menjawab rasa penasaranmu tentang sejarah TikTok, ya!